![]() |
HALOBLORA.COM – Wabah Covid-19 yang menghantam dunia membuat banyak negara kewalahan,bahkan mengalami resesi ekonomi. Namun tidak sedikit negara yang berhasil melalui tantangan tersebut dengan baik, sebut saja : Hong Kong, Taiwan, Selandia Baru,Jerman, Finlandia, Norwegia dan Islandia.
Anda boleh mengeceknya, dan lalu geleng-
geleng kepala karena kesemua negara tersebut dipimpin (perdana menteri atau
presidennya) adalah seorang perempuan.
Ketujuh pemimpin negara tersebut mengambil kebijakan berdasarkan bukti (evidence based policy), cepat dan sigap
mengambil keputusan sehingga menjadi inspirasi dunia dengan,kemampuan menjaga.
Perempuan memang luar biasa. Studi pada Journal of Business Ethics
menunjukkan bahwa pria lebih rentan mengambil risiko yang lebih tinggi. Penelitian oleh
McKinsey, menyimpulkan bahwa perempuan cenderung melakukan pendekatan yang
lebih relasional terhadap kepemimpinan, sementara pria memiliki gaya kepemimpinan
dan kontrol yang lebih tradisional. Kesuksesan para perempuan dalam memimpin di
masa krisis, karena dimensi utama kepemimpinan yang dibutuhkan saat dan setelah
krisis, yaitu kemampuan untuk membimbing dan menginspirasi tindakan adalah
kemampuan dominan yang dimiliki perempuan (Jachja, 2020).
Penelitian lain menyimpulkan bahwa perempuan cenderung mempraktikkan gaya
kepemimpinan yang lebih transformasional, dengan menunjukkan empati, kasih
sayang, perhatian, kepedulian, rasa hormat, dan kesetaraan. Sebaliknya, laki-laki
memiliki pendekatan yang lebih transaksional, yang mencakup gaya manajemen yang
lebih fokus, berorientasi pada pencapaian dan arahan.
Penelitian dari Harvard Business Review (HBR) juga menunjukkan bahwa
perempuan dinilai unggul dalam mengambil inisiatif, dan menunjukkan integritas dan kejujuran yang tinggi. Bahkan, perempuan dianggap lebih efektif dalam 84% dari
kompetensi kepemimpinan yang paling sering diukur. Hal yang menghalangi
perempuan untuk memimpin adalah kelangkaan kesempatan dan mitos yang
berkembang di masyarakat. Padahal jika diberikan kesempatan, perempuan cenderung
berhasil dalam posisi tingkat yang lebih tinggi daripada laki-laki.
Kepemimpinan Perempuan di Indonesia
Jika di level dunia perempuan telah membuktikan kapasitasnya maka di
Indonesia pun tidak ketinggalan. Para perempuan telah berani beradu dalam kontestasi
pilkada dan memenanginya. Pilkada 2018 lalu misalnya, ada14 perempuan yang terpilih
sebagai kepala daerah baik di tingkat kota, kabupaten, maupun provinsi. Para pemimpin
perempuan ini tidak hanya mampu menang namun juga membawa berbagai perubahan
dalam kepemimpinan dan berbagai prestasi.
Siapa tak kenal, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa? Mantan
menteri sosial ini telah merengkuh 32 penghargaan hanya dalam tempo kurang dari tiga
tahun sebagai Gubernur. Kita semua sudah tahu bagaimana sepak terjang Risma
dalam dua periode kepemimpinannya di Kota Surabaya. Dia dikenal tegas serta mampu
mengubah wajah Surabaya menjadi seindah dan sebersih saat ini. Atas kontribusinya
untuk Surabaya, Risma pernah mendapat penghargaan sebagai wali kota terbaik di
dunia. Bahkan pada 2013 silam, dia sempat masuk majalah Forbes dalam kategori 10
perempuan inspiratif di dunia.
Lalu ada Tantriana Sari, Bupati Probolinggo yang mampu mengumpulkan 39
penghargaan. Pada 2018, Tantriana Sari mendapatkan 10 penghargaan sebagai Bupati
Probolinggo di banyak bidang dan semua level. Jangan lupakan pula, Dewanti
Rumpoko yang meraih dua penghargaan, yakni penghargaan Top Leader IT Leadership
2018 dan Award Among Tani IT on Agro Aplication 2018, karena kepiwaiannya
memimpin Kota Batu. Agak jauh, ada Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani yang juga
berprestasi. Di bawah kepemimpinannya, Pemkab Luwu Utara, telah menghiasi lemari
tropinya dengan 44 penghargaan, baik di tingkat provinsi maupun nasional. Sungguh
pencapaian yang luar biasa tentunya.
Tren global, nasional maupun lokal memang mengarah kepada semakin banyak
perempuan yang menjadi pemimpin. Di Kabupaten tetangga, Bojonegoro dan Grobogan
juga telah dipimpin kepala daerah perempuan. Mereka semua telah membuktikan
kompetensi dan kekuatan mental dalam memimpin daerahnya.
Jadi, masih meragukan perempuan menjadi pemimpin? Begini saja. Kita semua
pernah menjadi bayi, anak kecil hingga usia sekarang. Saya yakin masih lekat dalam
ingatan bagaimana ibu merawat, menyayangi dan mendidik kita. Begitulah perempuan,
mereka dianugerahi; empati, kasih sayang, perhatian, kepedulian (persis seperti hasil
penelitian). Jika mereka jadi pemimpin maka masyarakat adalah anak-anak mereka,
yang akan dirawat dan diperhatikan dengan penuh empati, kasih sayang, perhatian dan kepedulian.(RED-ST)