HALOBLORA.COM – JAKARTA- Setiap tanggal 8 Maret, diperingati Hari Perempuan Internasional. Peringatan ini bermula pada tahun 1977 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam rangka mewujudkan kesadaran bersama terhadap terwujudnya hak-hak perempuan di segala bidang.
Peringatan Hari Perempuan Internasional di tahun ini menjadi istimewa, karena Presiden Joko Widodo bisa bersilaturahmi dengan ratusan perempuan yang berjuang di akar rumput untuk menyuarakan atau memperjuangkan hak perempuan dalam sejumlah isu. Pertemuan berlangsung di Istana Negara, Jakarta, pada Rabu, 6 Maret 2019.
Dalam acara ini, Presiden menyaksikan tayangan perjuangan para perempuan yang masing-masing mengemban misi yang sama untuk lebih menyejahterakan dan memperjuangkan hak para perempuan Indonesia.
“Aktivitas-aktivitas yang sangat luar biasa dari ibu-ibu aktivis yang tadi banyak berkaitan dengan urusan ekonomi, KDRT, hukum, dan lingkungan. Saya kira itu adalah sebuah prestasi yang masih kita harapkan lebih banyak lagi dari perempuan-perempuan Indonesia,” ujar Presiden mengomentari kiprah para perempuan itu.
“Saya sangat percaya peran sentral para perempuan dalam mendidik anak-anak kita dan juga dalam menopang ekonomi keluarga,” kata Presiden dalam pertemuan tersebut.
Dengan melalui program Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera), Kepala Negara menyebut bahwa program tersebut ditujukan untuk mengembangkan usaha-usaha kecil dan mikro di Tanah Air. Program tersebut disebutnya juga ditujukan bagi peningkatan kesejahteraan keluarga. “Program Mekaar ini juga untuk ekonomi mikro dan kecil, yang hampir 99 persen pesertanya adalah ibu-ibu. Sudah mencapai 4,2 juta orang yang ikut di sini,” tutur Presiden.
Peringatan ini untuk pertama kalinya dilakukan dengan cara mempertemukan sejumlah pejuang perempuan kepada Presiden dan menggelar dialog dengan tema Bersama Memperkuat Bangsa.
“Untuk pertama kalinya, peringatan hari perempuan internasional diselenggarakan di Istana Negara. Kita persiapkan kegiatan ini sudah sejak jauh-jauh hari dengan mempertemukan seluruh stakeholder” ujar Siti Ruhaini Dzuhayatin, Staf Khusus Presiden Bidang Keagamaan Internasional ini.
“Saat ini, perempuan harus bisa berjuang disetiap lini. Perempuan adalah tiangnya negara. Jadi, perempuan itu akan bagus ketika hak-hak perempuan ditegakkan” imbuhnya.(RED-HB,JKT)