Pertemuan Tatalaksana Penanganan Penyakit Malaria, Dinkes Kab. Blora Bersama Dokter Rumah Sakit dan Puskesmas.

Sutik, S. Kep., Ns., MM., Subkoordinator Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P3M) Dinas Kesehatan Kabupaten Blora (foto dok: Y Sunaryo/RADAR BLORA)

RADAR BLORA.COM,-Dinas Kesehatan Kabupaten Blora serta Dokter Rumah Sakit dan Puskesmas mengadakan Pertemuan Tatalaksana untuk Penanganan Penyakit Malaria, acara tersebut berlangsung di Resto D’Joglo, Bangkle jalan Jendral Sudirman, Selasa (25/6/2024)

Bacaan Lainnya

Pertemuan tersebut bertujuan untuk memulai kegiatan pengendalian penyakit malaria yang sudah berjalan dan evaluasi pencapaian program serta mengkoordinasikan kendala yang dihadapi dalam penanganan penyakit menular di masyarakat.

Sutik, S. Kep., Ns., MM., sebagai Subkoordinator Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P3M) Dinas Kesehatan Kabupaten Blora menyampaikan, Penyakit menular seperti Malaria menjadi persoalan kesehatan di masyarakat luas dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia.

 

“Seperti penyakit malaria di Kabupaten Blora pada semester pertama 2024 ada 11 orang yang terpapar, dengan gejala demam akut (paroksismal) yang didahului oleh stadium dingin (menggigil) serta diikuti demam tinggi kemudian berkeringat banyak,” ucap Sutik.

Kemudian di awali gejala klasik ini biasanya ditemukan pada penderita non imun (berasal dari daerah non endemis). Selain gejala klasik di atas, dapat ditemukan gejala lain. “seperti nyeri kepala, mual, muntah, diare, pegal-pegal, dan nyeri otot. Gejala tersebut biasanya terdapat pada orang-orang yang tinggal di daerah endemis (imun),” ujarnya.

Lebih lanjut Sutik menjelaskan, upaya pencegahan terjangkitnya penyangkit malaria adalah meningkatkan kewaspadaan dengan cara mencegah gigitan nyamuk, pengendalian vektor dan kemoprofilaksis. Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan menggunakan kelambu berinsektisida, repelen, kawat kasa nyamuk dan lain-lain.

“Penyebab Malaria adalah parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Dikenal 5 (lima) macam spesies yaitu: Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae dan Plasmodium knowlesi. Parasit yang terakhir disebutkan ini belum banyak dilaporkan di Indonesia,” terangnya.

kembali Sutik menjelaskan, untuk orang yang sering keluar masuk di daerah endemis sulit terdeteksi bila sudah terpapar atau belum, karena sifatnya perorangan.

Jadi saya sarankan apabila ada tugas di daerah yang endemi, sebelum berangkat atau waktu pulang harap diperiksakan dahulu untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan keluarga serta masyarakat sekitar, pungkas Sutik, S. Kep., Ns., MM., (YS)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *