RADARBLORA.COM,– Ngawen, Blora – Di tengah gegap gempita modernisasi, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, justru menggelar karnaval budaya yang menjadi bukti nyata bahwa gotong royong dan kecintaan pada budaya lokal masih mengakar kuat. Ribuan warga memadati jalanan pada Selasa (26/8/2025)
Mereka semua tidak hanya menyaksikan kemeriahan, tetapi juga sebuah pernyataan politik budaya: semangat kemerdekaan harus diterjemahkan dalam kedaulatan pangan dan kebangkitan generasi muda.
Karnaval yang diikuti 16 kontingen dari berbagai desa ini menjadi ajang unjuk gigi kekayaan tradisi dan kreativitas warga. Namun, lebih dari itu, acara ini adalah wadah perekat persatuan antar-desa dan cerminan semangat HUT RI ke-80 yang mengusung tema “Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”.
Camat Ngawen, M. Zaenuri, Dalam sambutannya menegaskan, bahwa karnaval ini bukan sekadar tontonan. “Kirab budaya ini adalah bukti autentik bahwa gotong royong dan semangat kebersamaan masih sangat kuat di tengah masyarakat kita. Ini adalah modal sosial untuk membangun ketahanan bangsa,” ujarnya dengan penuh keyakinan.
Petani Milenial: Mendobrak Stigma, Menjadi Garda Depan Ketahanan Pangan.
Sorotan utama karnaval tertuju pada kontingen dari Desa Bradag. Yang dipimpin oleh Kades bernama Luluk Nasruatin, mereka menghadirkan konsep yang segar sekaligus provokatif: “Petani Milenial untuk Ketahanan Pangan Berkelanjutan”.
Dengan kostum yang kreatif dan penuh simbol, mereka membawa pesan mendalam yang ingin mendobrak stigma usang tentang pertanian. Luluk Nasruatin, dengan suara lantang, menyatakan bahwa bertani bukanlah pekerjaan hina atau ketinggalan zaman.
“Fungsinya, saya ingin para pemuda melanjutkan cita-cita pendahulu kita. Bertani adalah profesi mulia. Mereka adalah pahlawan pangan yang menjamin kehidupan dan kedaulatan bangsa,” tegasnya.
Lebih jauh, Luluk memaparkan visi strategis di balik tema tersebut. “Kami sengaja mengambil tema ini untuk mendobrak stigma. Bertani bisa modern, digeluti anak muda, dan justru akan menjadi kunci kemandirian bangsa. Petani muda adalah masa depan Indonesia,” paparnya, menekankan bahwa kedaulatan pangan tidak akan tercapai tanpa keterlibatan generasi muda.
Pesan ini relevan di tengah kekhawatiran menipisnya minat pemuda pada sektor pertanian dan ancaman krisis pangan global.
Seperti diungkapkan Luluk dengan penuh harap, “Semoga untuk tahun depan lebih baik, lebih semangat, dan tentunya tetap mengedepankan program-program pemerintah untuk kemajuan bersama.”
Karnaval di Ngawen ini adalah secercah harapan. Ia membuktikan bahwa di sudut-sudut negeri, semangat kemerdekaan terus menyala dalam bentuk yang paling nyata: kerja keras, kebersamaan, dan tekad untuk berdaulat. (YS)