RADAR BLORA.COM,-Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Blora keluhkan harga rendemen tebu giling lokal (pos satu) Rp 67.000/kw yang dinilai belum berkontribusi positif bagi peningkatan kesejahteraan petani tebu.
Keluhan para petani tebu tersebut atas kebijakan direksi PT. GMM (Gendhis Multi Manis) Todanan Blora, tentang ditetapkannya harga tebu pada tanggal 5 Mei 2024 lalu.
Hal tersebut dinilai belum memberikan kontribusi positif bagi petani wilayah Kabupaten Blora.
Sekretaris DPC APTRI Blora, Anton Sudibyo menyampaikan, untuk mengevaluasi kembali putusan Direksi PT. GMM Bulog dan libatkan petani Blora melalui rapat FTK.
Kemudian keluhan tersebut disampaikan, Anton saat bertemu awak media di Deka Coffe Bar, Jum’at (10/5/2024).
“Kami sebagai petani tebu di Blora keluhkan harga tebu yang ditetapkan oleh Direksi PT GMM Bulog pada (5 Mei 2024),” ucap Anton.
Saat ini, Anton menambahkan, bahwa harga gula dikisaran Rp17.500/kg, sementara harga tebu di berbagai Pabrik Gula diluar Kabupaten Blora mencapai berkisar Rp 72.000-Rp75.000/kw tebu.
“PT. Indo Gula Pastika Sragen Rp 72.000/kw lokal, di PG Madukismo Yogyakarta Rp72.000/kw lokal dan Blora Rp75.000/kw.PG Trangkil diprediksi Rp 76.000/kw. PG Rendeng diprediksi Rp75.000/kw, PT KTM Jatim diprediksi Rp 77.000/kw,” paparnya.
Untuk saat ini surat keluhan petani tebu tersebut telah dikirim ke Bupati Blora Arief Rohman, Kepala Dinas Pangan Pertanian Peternakan dan Perikanan (DP4) Kabupaten Blora, Direktur Operasional PT GMM Bulog Blora dan Ketua Koperasi Tebu di Kabupaten Blora.
“Semoga dengan surat ini bisa menjadikan bahan pertimbangan keberatan serta perhatian untuk semua pihak,” harap Anton.
Terpisah, Kepala DP4 Kabupaten Blora, Ngaliman SP, MMA, saat dimintai keterangan melalui aplikasi berbayar mengatakan, bahwa petani tebu di Kabupaten blora menginginkan harga tebu standar baik dan bagus.
Seperti pengalaman ditahun tahun sebelumnya, kata Ngaliman, peningkatan di Pabrik Gula (PG) di Blora memang agak lambat dibanding dengan PG di kabupaten yang lain.
“Memang harga di Blora terendah. Sehingga nanti diharapkan harga tebu di Blora bisa kompetitif dan mampu bersaing dengan harga tebu di kabupaten yang lain serta dapat meningkatkan apa yang diharapkan petani tebu saat ini dan kedepannya,” ucap Ngaliman yang biasa dipanggil Alim.
Pihaknya juga berharap PG PT. GMM mampu bersaing dengan PG lain seperti di Trangkil Pati serta Madiun.
Alim berharap petani tebu di Blora tetap bersemangat untuk mengembangkan serta meningkatkan tanaman tebu di Kabupaten Blora.
“Semoga harga tebu di Blora bisa bersaing seperti di kabupaten Purwodadi, Sragen dan yang lainnya,” pungkas Alim. (YS)